Makalah Pembaharuan Dalam Pemikiran Islam

Makalah Pembaharuan Dalam Pemikiran Islam 8,4/10 5568 reviews

Akibatnya banyak timbul keberagaman dalam pemikiran. Sejarah mencatat, munculnya berbagai madzhab, aliran, firqah, golongan, ormas dan kelompok-kelompok dalam Islam, mewarnai dinamika perjalanan pemikiran Islam, baik dari masa klasik hingga modern. Anniversary edition,makalah metode penelitian bab i pendahuluan,makalah. American riis jacob a macmillan,makalah pembaharuan dalam pemikiran islam makalah book mediafile free file sharing,making sense of data and statistics in.

Pembaharuan Di Mesir Dan Tokoh-Tokoh Setelah selesai pembaharuan dan pemikiran tokoh Muhammad Ali Pasya, At-Tahtawi, dan Jamaluddin Al-Afgani.yang sebagaimana ketiga tokoh tersebut memiliki peranan masing-masing,dan keahlian-keahlian khusus dalam bidang politik, ilmu pengetahuan, kemiliteran dan sebagainya. Berikut beberapa tokoh pembaharuan di Mesir. Programma rascheta objema zhidkosti v gorizontaljnoj cilindricheskoj emkosti. Muhammad Abduh Muhammad Abduh adalah kawan dan murid setia Jamaluddin Al-Afgani.

Ide-ide Jamaluddin banyak yang ditransfer dan dikembangkan oleh Abduh, meskipun dalam beberapa hal diantara murid dan guru ini terdapat juga perbedaan.Muhammad Abduh dilahirkan pada 1849 M di sebuah desa pertanian di lembah sungai Nil. Dan meninggal pada 11 juli 1905. Pendidikan dasar Abduh ditangani langsung oleh ayahnya yang mengajarkan membaca dan menulis serta ilmu-ilmu keislaman. Selanjutnya ia belajar menghafal al-quran di bawah bimbingan seorang hafiz. Selama dua tahun, Abduh berhasil menghafal al-quran dengan sempurna.

Dalam usia 15 tahun ia dikirim ayahnya ke Madrasah Al-Ahmadi diTthantha untuk belajar ilmu agama.namun metode yang dikembangkan di sini sangat membosankan Abduh.ia merasa tidak memperoleh apa-apa dari madrasah ini dan meninggalkan Thantha untuk pulang kampung. Dalam usia 16 tahun Abduh dikawinkan orang tuanya. Namun demikian, ayahnya tetap mengharapkannya melanjutkan pelajaran dan mengirimnya kembali ke Thantha. Abduh tidak bisa menolak kemauan ayahnya. Akan tetapi ia tidak berangkat ke Thantha, karena sudah tidak semangat melihat cara belajar yang membosankannya.

Akhirnya ia berangkat ke sebuah desa bernama Kanisah Urin, tempat tinggal keluarga ayahnya. Di sini ia bertemu dengan Syekh Darwisy, seorang penganut Tarekat Syadziliyah yang mempunyai wawasan pengetahuan yang dalam.

Pembaharuan

Syekh Darwisy lah yang mengubah hidupnya dari seorang yang frustasi pada sekolah menjadi seorang yang haus ilmu. Setelah memperoleh sentuhan dari Syekh Darwisy, ia akhirnya kembali ke Thantha untuk meneruskan pelajaran. Tamat dari Thantha barulah ia masuk Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun1866. Setelah lulus dari tingkat alamiah (sekarang Lc.), ia mengabdikan diri pada Al-Azhar dengan mengajar manthiq (logika) dan ilmu kalam (teologi), sedangkan di rumahnya ia mengajar pula kitab tahdzib al-akhlaq karangan Ibnu Maskawaih dan sejarah peradaban kerajaan-kerajaan Eropa. Pada tahun 1878, ia diangkat sebagai pengajar sejarah pada sekolah Dar Al-‘Ulum ( yang kemudian menjadi fakultas ) dan ilmu-ilmu bahasa arab pada madrasah al-idarah wal alsun (sekolah administrasi dan bahasa-bahasa). Tahun 1884 Muhammad Abduh diutus oleh surat kabar tersebut ke Inggris untuk menemui tokoh-tokoh Negara itu yang bersimpati kepada rakyat Mesir.